Penyimpangan Sosial, Perilaku Yang Tidak Sesuai dengan Nilai dan Norma Masyarakat
Setiap individu dan kelompok diharapkan memahami, menghargai dan menyelaraskan perilakunya dengan nilai dan norma yang bersangkutan. Namun, faktanya, tidak tidak semua orang atau kelompok memahami, menghargai dan mentaati nilai dan norma tersebut. Fenomena di mana individu atau kelompok tidak mentaati nilai dan norma, itulah penyimpangan sosial. Jadi, Penyimpangan Sosial adalah Perilaku Yang Tidak Sesuai dengan Nilai dan Norma Masyarakat. Itulah, yang Quguru bahas kali ini.
White collar crime - salah satu bentuk penyimpangan sosial - sumber gambar: hec.ca |
Penyimpangan Sosial Menurut Para Ahli
Secara umum, penyimpangan sosial dianggap sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
Di bawah ini kami kemukakan beberapa teori tentang perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial menurut para sosiolog besar.
Teori Differential Association Edwin H. Sutherland
Tahun 1939 Edwin H. Sutherland mengemukakan pendapatnya tentang perilaku menyimpang lewat Teori Differential Association. Dia menyatakan bahwa perilaku menyimpang dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Sutherland mengatakan bahwa individu belajar perilaku menyimpang melalui interaksi sosial dengan orang lain yang memiliki nilai dan norma yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku umum. Individu yang terpapar pada lingkungan yang banyak memiliki perilaku menyimpang akan cenderung mengadopsi perilaku menyimpang tersebut.
Dalam teori ini, Sutherland mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar perilaku menyimpang, yaitu:
- Frekuensi interaksi: semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang yang memiliki perilaku menyimpang, semakin besar kemungkinan perilaku tersebut akan diadopsi.
- Durasi interaksi: semakin lama seseorang berinteraksi dengan orang yang memiliki perilaku menyimpang, semakin besar pengaruhnya.
- Prioritas: individu cenderung lebih terpengaruh pada orang-orang yang memiliki prioritas dalam hidupnya, misalnya teman dekat atau keluarga.
- Intensitas emosional: semakin kuat emosi yang dirasakan dalam sebuah interaksi, semakin besar pengaruhnya pada perilaku seseorang.
- Imbalan dan hukuman: individu cenderung mengadopsi perilaku menyimpang ketika perilaku tersebut memberikan imbalan atau menghindari hukuman.
Dengan demikian, menurut teori Differential Association, individu akan belajar perilaku menyimpang melalui proses interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang memiliki banyak perilaku menyimpang akan mempengaruhi individu untuk mengadopsi perilaku tersebut.
Teori Fungsional Emile Durkheim
Menurut Durkheim, perilaku menyimpang merupakan bagian alami dari setiap masyarakat. Dalam setiap masyarakat, selain ditemukan perilaku yang selaras dengan nilai dan norma, pasti juga ditemukan perilaku menyimpang. Menurut Durkheim, perilaku yang menyimpang itu juga memiliki fungsi tersendiri dalam mempertahankan keberlangsungan masyarakat yang bersangkutan.
Emile Durkheim percaya bahwa setiap masyarakat memiliki norma dan nilai yang dibentuk oleh kepercayaan dan tradisi yang diterima secara kolektif. Norma dan nilai ini membentuk dasar dari kehidupan sosial dan menentukan apa yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah, dan sebagainya.
Walaupun masyarakat memiliki norma dan nilai yang jelas, tetap saja ada individu yang melanggar dan melakukan penyimpangan. Menurut Durkheim, perilaku menyimpang yang dalam bermasyarakat memiliki dua fungsi, yaitu:
- Mempertahankan integrasi sosial: Perilaku menyimpang dapat membantu masyarakat untuk memperkuat batasan-batasan sosial dan mengingatkan individu bahwa ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika melanggar norma sosial. Dalam hal ini, perilaku menyimpang berfungsi sebagai pengingat bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga norma dan nilai yang telah disepakati secara kolektif.
- Mempertahankan perubahan sosial: Perilaku menyimpang juga dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan gagasan atau nilai-nilai baru ke dalam masyarakat. Meskipun perilaku ini mungkin tidak sesuai dengan norma yang ada, namun mereka dapat membantu untuk memperkenalkan cara-cara baru dalam berpikir dan bertindak. Dalam hal ini, perilaku menyimpang berfungsi sebagai katalis untuk perubahan sosial dan mempercepat evolusi masyarakat.
Dengan demikian, menurut Teori Fungsional, perilaku menyimpang merupakan bagian yang alami dari kehidupan sosial setiap masyarakat dan memiliki fungsi tersendiri dalam mempertahankan keberlangsungan sosial. Perilaku menyimpang dapat membantu memperkuat batas-batas sosial dan memperkenalkan gagasan atau nilai baru dalam masyarakat
Teori Anomie Robert K. Merton
Teori anomie oleh Robert K. Merton hendak menjelaskan mengapa beberapa orang terlibat dalam perilaku menyimpang. Teori ini mengasumsikan bahwa perilaku menyimpang disebabkan oleh kegagalan seseorang untuk mencapai tujuan sosial yang diharapkan atau keinginan yang dianggap sangat penting dalam masyarakat.
Menurut Merton, tujuan sosial masyarakat adalah mencapai kesuksesan dan kebahagiaan melalui pencapaian tujuan-tujuan seperti kekayaan, kekuasaan, atau penghargaan sosial. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Ada beberapa orang yang terkendala oleh struktur sosial dan tidak memiliki akses yang sama terhadap kesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dalam situasi ini, beberapa orang akan merasa terasing dan tidak memiliki kesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Untuk mengatasi rasa frustrasi dan ketidakpuasan, beberapa orang mungkin menggunakan perilaku menyimpang sebagai pilihan lain. Misalnya, seseorang yang merasa tidak mampu mencapai kesuksesan secara legal mungkin beralih ke kegiatan ilegal seperti pencurian atau penipuan.
Merton juga mengidentifikasi lima tipe reaksi terhadap anomie yang muncul ketika individu mengalami kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dan kesempatan yang dimilikinya. Kelima tipe reaksi ini adalah:
- Konformitas: Individu mencoba mencapai tujuan sosial dengan cara-cara yang diterima oleh masyarakat.
- Inovasi: Individu mencoba mencapai tujuan sosial dengan cara-cara yang tidak diterima oleh masyarakat.
- Ritualisme: Individu tidak mencoba mencapai tujuan sosial tetapi tetap mengikuti aturan dan tata cara masyarakat.
- Retretisme: Individu menyerah dan mundur dari upaya mencapai tujuan sosial maupun aturan masyarakat.
- Pemberontakan: Individu menolak tujuan dan aturan masyarakat dan mencoba menggantinya dengan tujuan dan aturan alternatif.
Dengan demikian, menurut Teori Anomie Merton, perilaku menyimpang adalah cara yang dipakai individu untuk menanggapi ketidaksesuaian antara tujuan sosial dan kesempatan yang tersedia untuk mencapainya.
Teori Labelling Edwin M. Lemert
Menurut teori ini, pelabelan atau penandaan sosial yang diberikan oleh masyarakat pada individu yang melakukan perilaku menyimpang sangat berpengaruh dan menentukan apakah individu tersebut akan terus melakukan perilaku menyimpang atau berhenti melakukannya.
Menurut Lemert, ada dua jenis perilaku menyimpang: perilaku primer dan sekunder. Perilaku primer adalah perilaku yang mungkin bertentangan dengan norma-norma sosial, tetapi tidak mempengaruhi identitas seseorang atau pandangan diri mereka. Misalnya, mencuri satu kali.
Namun, jika perilaku tersebut direspons oleh masyarakat dengan memberikan label atau penandaan sosial sebagai "pencuri", maka individu tersebut dapat mengalami perubahan identitas dan mulai melihat dirinya sebagai seorang pencuri. Ini dapat mengarah pada perilaku sekunder, yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan secara terus menerus dan semakin berkembang karena individu sudah merasa dianggap sebagai pelaku perilaku menyimpang.
Menurut teori Labeling, label atau penandaan sosial yang negatif seperti "pencuri", "penjahat", atau "gila" dapat mengarah pada stigma sosial, diskriminasi, dan pengucilan yang menghambat individu untuk kembali ke masyarakat dan hidup normal. Hal ini dapat membuat individu merasa terisolasi dan cenderung terus melakukan perilaku menyimpang, mengingat bahwa mereka sudah diberi label dan merasa sulit untuk berintegrasi kembali ke masyarakat.
Teori Kontrol Sosial Travis Hirschi
Teori kontrol sosial atau teori ikatan sosial oleh Travis Hirschi, mengatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi ketika individu kehilangan atau tidak memiliki ikatan sosial yang kuat dengan masyarakat atau lembaga sosial lainnya. Menurut teori ini, individu yang memiliki ikatan sosial yang kuat akan lebih cenderung untuk mematuhi norma-norma sosial dan menghindari perilaku menyimpang.
- Ikatan kepatuhan (attachment) kepada orang-orang yang berarti dalam hidup individu, seperti keluarga, teman, atau guru. Ikatan ini membuat individu merasa bertanggung jawab dan tidak ingin mengecewakan orang-orang yang mereka cintai atau hormati.
- Ikatan keterlibatan (involvement) dalam kegiatan-kegiatan sosial yang positif dan berguna, seperti olahraga, seni, atau kegiatan keagamaan. Keterlibatan ini membuat individu sibuk dan tidak memiliki waktu untuk melakukan perilaku menyimpang.
- Ikatan keyakinan (belief) terhadap nilai-nilai moral dan norma-norma sosial yang diterima oleh masyarakat. Keyakinan ini membuat individu merasa bahwa perilaku menyimpang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
- Ikatan pengakuan hukum (commitment) terhadap tujuan dan cita-cita yang positif, seperti pendidikan atau karier. Ikatan ini membuat individu merasa bahwa perilaku menyimpang dapat merusak citra dan masa depan mereka.
Jenis-Jenis Penyimpangan
A. Penyimpangan Positif
Dari definisi yang diungkapkan oleh para ahli di atas, kita melihat bahwa mereka mengatakan bahwa perilaku menyimpang dilakukan oleh individu atau kelompok ketika menghadapi hambatan atau kesulitan dalam mencapai tujuan mereka melalui cara-cara yang telah membudaya dan diterima secara bulat.
Jadi, perilaku menyimpang terjadi ketika individu atau kelompok menciptakan jalan atau cara lain karena cara-cara yang lama sudah tidak sesuai dan tidak mampu menjawab masalah atau kesulitan masayarakat yaang baru.
Untuk menjawab masalah-masalah sosial itu, mereka menciptakan cara-cara baru yang sama sekali lain dengan cara-cara atau budaya yang lama. Cara-cara itu nyatanya lebih efektif dan lebih efisien dibanding dengan pola-pola budaya lama yang sudah tidak mampu menjawab kebutuhan dan tuntutan-tuntutan yang baru.
Bentuk-bentuk Penyimpangan Positif
Kreativitas
Dalam beberapa kasus, kreativitas dapat dianggap sebagai "penyimpangan" dari norma-norma sosial yang telah mapan. Kreativitas dianggap sebagai penyimpangan karena menghasilkan ide-ide atau tindakan yang tidak konvensional atau tidak sesuai dengan apa yang dianggap "normal" oleh masyarakat pada umumnya.
Kreativitas dipandang penyimpangan positif bila menghasilkan inovasi, ide-ide baru, dan solusi kreatif untuk masalah-masalah yang kompleks dan sedang dihadapi masyarakat. Dalam konteks seperti itu, kreativitas mungkin dianggap sebagai sesuatu yang aneh tetapi tidak selalu dianggap negatif. Sebaliknya, bila menghasilkan suatu temuan yang baru dan membawa solusi, kreativitas dapat dianggap sebagai sesuatu yang berharga dan positif.
Ada banyak contoh hasil kreativitas yang semula dipandang menyimpang tetapi akhirnya dipakai oleh masyarakat. Hal itu dapat kita temukan dalam seluruh bidang kehidupan manusia.
Aktivisme
Aktivisme dapat dikategorikan sebagai bentuk penyimpangan positif karena meskipun melanggar norma-norma sosial yang ada, aktivisme dilakukan dengan tujuan positif untuk memperjuangkan perubahan kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik.
Aktivisme adalah tindakan aktif dan terorganisir yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mempromosikan atau memperjuangkan suatu tujuan tertentu yang dianggap penting. Aktivisme dapat dilakukan dalam berbagai bidang, seperti politik, sosial, lingkungan, kemanusiaan, atau hak-hak sipil.
Aktivisme dapat dilakukan dengan cara yang beragam, termasuk demonstrasi, kampanye, petisi, aksi sipil, atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mempengaruhi kebijakan atau tindakan pemerintah, perusahaan, atau masyarakat.
Aktivisme sering kali dilakukan oleh mereka yang merasa tidak puas dengan keadaan yang ada dan ingin memperjuangkan perubahan.
Namun, sama seperti bentuk penyimpangan lainnya, aktivisme juga dapat memicu konflik atau tindakan kekerasan jika tidak dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan damai, serta menghormati hak dan kebebasan orang lain.
Perubahan Budaya
Budaya merupakan sistem nilai, norma, dan tradisi yang mempengaruhi cara pandang, perilaku, dan hubungan sosial di dalam masyarakat.
Budaya selalu bersifat dinamis. Perubahan budaya dalam bidang tertentu bisa dikatakan sebagai bentuk penyimpangan baik yang bersifat positif maupun negatif.
Perubahan budaya bisa dikategorikan sebagai penyimpangan positif bila perubahan itu membawa dampak yang positif bagi masyarakat, seperti:
- Meningkatkan kualitas hidup: Perubahan budaya dapat membawa inovasi dan teknologi baru yang meningkatkan kualitas hidup, seperti dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
- Meningkatkan kesetaraan dan keadilan: Perubahan budaya dapat membawa nilai-nilai baru yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial, seperti dalam hal penghapusan diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan pengakuan hak-hak asasi manusia.
- Mendorong keragaman dan toleransi: Perubahan budaya dapat memperkaya keragaman budaya di masyarakat dan mendorong sikap toleransi antarbudaya.
Namun, perubahan budaya juga dapat membawa dampak negatif, seperti hilangnya nilai-nilai tradisional yang penting bagi masyarakat, terjadinya konflik antarbudaya, dan hilangnya identitas budaya yang unik. Oleh karena itu, perubahan budaya perlu dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya yang ada di masyarakat.
B. Penyimpangan Negatif
Penyimpangan sosial pada umumnya dianggap sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa contoh penyimpangan sosial yang bersifat negatif:
Kriminalitas
Kriminalitas dikelompokkan sebagai penyimpangan sosial karena melanggar aturan dan norma sosial yang diterima oleh masyarakat. Kriminalitas melibatkan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, seperti pencurian, perampokan, kekerasan, dan pembunuhan.
Kriminalitas merusak struktur sosial, mengganggu ketertiban masyarakat, dan mengancam keselamatan individu serta masyarakat secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan gangguan dan kecemasan dalam masyarakat, serta mengurangi rasa aman dan harmoni dalam lingkungan sosial.
Selain itu, kriminalitas sering kali berdampak buruk pada korban kejahatan dan keluarga mereka, serta memicu efek domino di mana tindakan kriminal dapat memicu tindakan kriminal lainnya. Oleh karena itu, kriminalitas sering dianggap sebagai bentuk penyimpangan sosial karena melanggar norma dan nilai sosial yang diterima oleh masyarakat, serta dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam struktur sosial.
Penyalahgunaan Narkotika dan Alkoholisme
Penyalahgunaan narkotika dan alkoholisme dikategorikan sebagai penyimpangan sosial karena perilaku tersebut melanggar aturan dan norma sosial yang diterima oleh masyarakat. Penyalahgunaan narkotika dan alkohol dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada individu, keluarga, dan masyarakat.
Pertama-tama, penyalahgunaan narkotika dan alkohol dapat merusak kesehatan fisik dan mental seseorang, bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, penyalahgunaan narkotika dan alkohol dapat memicu perilaku yang tidak pantas seperti kekerasan, tindakan kriminal, dan perilaku berisiko lainnya.
Kedua, penyalahgunaan narkotika dan alkohol dapat mempengaruhi interaksi sosial dan kehidupan keluarga. Hal ini terjadi karena penyalahgunaan dapat menyebabkan individu tidak mampu memenuhi tanggung jawab sosial dan keluarga, seperti pekerjaan, pendidikan, dan hubungan interpersonal yang sehat.
Ketiga, penyalahgunaan narkotika dan alkohol juga dapat merusak nilai-nilai sosial yang diterima oleh masyarakat, seperti keteraturan, kesopanan, keamanan, dan tanggung jawab.
Karena itu, penyalahgunaan narkotika dan alkohol sering dianggap sebagai bentuk penyimpangan sosial karena melanggar norma dan nilai sosial yang diterima oleh masyarakat serta dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam struktur sosial.
Pelecehan Seksual
Merupakan perilaku yang melibtakan tindakan seksual atau tindakan yang berkaitan dengan seksualitas yang tidak sah terhadap orang lain. Pelecehan seksual dapat dilakukan oleh siapa saja, baik yang dikenal maupun tidak, dan dapat terjadi di berbagai tempat, seperti di rumah, di tempat kerja, di sekolah, atau di tempat umum.
Pelecehan seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk:
- Pelecehan verbal: tindakan yang melibatkan kata-kata atau komentar yang merendahkan atau mengejek seseorang secara seksual.
- Pelecehan fisik: tindakan yang melibatkan kontak fisik yang tidak diinginkan, seperti menyentuh atau meraba bagian tubuh tertentu secara seksual.
- Pelecehan non-verbal: tindakan yang melibatkan perilaku yang tidak pantas, seperti melihat atau mengintip orang secara tidak sopan atau menunjukkan materi seksual secara terbuka.
- Pemaksaan seksual: tindakan yang melibatkan paksaan terhadap seseorang untuk melakukan aktivitas seksual atau tindakan yang berkaitan dengan seksualitas.
Pelecehan seksual dikategorikan sebagai penyimpangan sosial karena melanggar aturan dan norma sosial yang diterima oleh masyarakat.
Pelecehan seksual merusak kesejahteraan dan kesehatan mental seseorang, serta dapat berdampak negatif pada interaksi sosial dan kehidupan keluarga. Korban dapat mengalami trauma, kecemasan, dan depresi. Selain itu, pelecehan seksual juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal dan kepercayaan diri korban, serta mengubah cara korban memandang diri sendiri dan orang lain.
Kegiatan Ekstremis/Ekstremisme
Ekstremisme adalah paham, ideologi atau aksi yang melebihi batas-batas yang wajar atau rasional dalam sebuah masyarakat.
Kegiatan ekstremis atau ekstremisme bisa dikategorikan sebagai penyimpangan sosial karena beberapa alasan berikut:
- Melanggar norma dan nilai-nilai sosial yang diakui: Kegiatan ekstremis sering kali melibatkan pelanggaran terhadap norma dan nilai-nilai sosial yang diakui oleh masyarakat luas. Tindakan ekstremis seringkali dianggap tidak etis, tidak wajar, atau bahkan melanggar hukum.
- Merusak tatanan sosial yang ada: Kegiatan ekstremis dapat merusak tatanan sosial yang ada dan mengancam keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Mereka dapat menyebabkan kekacauan, ketidakstabilan, dan bahkan kekerasan yang dapat membahayakan kehidupan dan keamanan warga.
- Mengancam stabilitas dan keamanan masyarakat: Ekstremisme dapat mengancam stabilitas dan keamanan masyarakat karena mereka cenderung untuk menggunakan tindakan kekerasan, terorisme, dan aksi-aksi radikal lainnya untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini dapat menyebabkan ketidakamanan dan ketidakstabilan di masyarakat.
- Tidak menghargai hak asasi manusia: Kegiatan ekstremis seringkali melibatkan pelanggaran hak asasi manusia. Mereka tidak menghormati hak-hak individu dan dapat melanggar hak-hak tersebut dengan alasan untuk mencapai tujuan mereka.
Dengan demikian, kegiatan ekstremis atau ekstremisme dapat dikategorikan sebagai penyimpangan sosial karena mereka melanggar norma sosial, merusak tatanan sosial, mengancam stabilitas dan keamanan masyarakat, serta tidak menghargai hak asasi manusia.
Diskriminasi
Diskriminasi adalah perilaku menyimpang negatif karena melanggar norma-norma sosial yang diterima oleh masyarakat dan berpotensi merugikan individu atau kelompok tertentu yang menjadi korban diskriminasi. Diskriminasi mengarah pada perlakuan tidak adil dan tidak setara terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras, agama, gender, orientasi seksual, atau karakteristik lainnya yang tidak berhubungan dengan kualitas atau kemampuan mereka.
Diskriminasi dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif pada individu atau kelompok yang menjadi korban, seperti penurunan kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial, serta terbatasnya akses mereka terhadap sumber daya dan kesempatan yang ada. Diskriminasi juga dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan ketegangan antar kelompok dalam masyarakat.
Gangguan Ketertiban Umum
Gangguan ketertiban umum dikategorikan sebagai penyimpangan sosial karena kondisi itu melanggar norma-norma sosial yang diakui oleh masyarakat. Ketertiban umum adalah kondisi dimana masyarakat hidup dalam harmoni dan keselarasan yang didasarkan pada nilai-nilai dan norma-norma sosial yang diakui bersama. Gangguan ketertiban umum, dalam hal ini, melanggar nilai dan norma-norma sosial yang sudah disepakati.
Ketika terjadi gangguan ketertiban umum, masyarakat tidak merasa aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan tersebut dapat memicu ketidakstabilan dan kekacauan di masyarakat, sehingga mengancam ketertiban umum. Selain itu, gangguan ketertiban umum dapat merusak fasilitas dan infrastruktur publik, seperti jalan, gedung-gedung, atau fasilitas umum lainnya.
Dari beberapa contoh perilaku menyimpang yang bersifat negatif di atas, terlihat jelas bahwa perilaku menyimpang dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan individu, serta mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat secara keseluruhan.