Stratifikasi Sosial, Kelas Sosial Masyarakat
Stratifikasi Sosial, Tingkatan Masyarakat Secara Hirarkis
Stratifikasi Sosial berkaitan dengan cara menempatkan atau memposisikan individu dalam masyarakat secara bertingkat. Misalnya dalam perusahaan: ada direktur utama, kepala bagian dan karyawan biasa. Di pabrik: ada pemilik pabrik dan buruh pabrik. Kasus ini adalah contoh adanya perbedaan dalam masyarakat. Dalam Sosiologi, kasus ini merupakan contoh tema Stratifikasi Sosial, Kelas Sosial Masyarakat.
Kedudukan atau posisi atasan - bawahan adalah salah satu contoh stratifikasi sosial |
Pengertian Stratifikasi Sosial
Para sosiolog mengelompokkan individu berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut dengan sebutan Stratifikasi Sosial.
Kata Stratifikasi Sosial merupakan gambungan dari dua kata, stratifikasi dari kata stratum artinya lapisan atau tingkatan dan sosial, artinya masyarakat. Dengan demikian, secara harafiah, Stratifikasi Sosial artinya lapisan atau tingkatan masyarakat.
Menurut kamus sosiologi, stratifikasi adalah penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasa tidak sama atau tidak sejenis. Tidak sama atau tidak sejenis di sini mengandung arti bahwa penggolongan atau pembedaan ini menunjukkan adanya kelompok yang lebih tinggi atau lebih rendah, ada yang tingkatannya lebih tinggi dan ada yang tingkatannya lebih rendah.
Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau secara hierarkis. Ada kelas yang tinggi dan ada kelas-kelas di bawahnya. Setiap lapisan disebut strata sosial. P. J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau kelas sosial.
Dengan demikian, Stratifikasi Sosial bisa diartikan sebagai proses pemisahan anggota masyarakat menurut kateori-kategori tertentu secara berlapis, bertingkat atau secara vertikal. Stratifikasi sosial mengacu pada cara bagaimana individu ditempatkan pada tingkat yang berbeda dalam masyarakat.
B. Prinsip-Prinsip Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi bersifat niscaya atau pasti.
Artinya, stratifikasi ditemukan di mana saja, mulai dari masyarakat yang paling sederhana hingga masyarakat yang paling kompleks. Selain itu, stratifikasi juga ditemukan kapan saja. Selama manusia masih hidup dalam suatu kelompok atau komunitas, dan mereka mengakui adanya hal-hal yang berharga, di sana akan muncul ketidaksamaan yang sifatnya vertikal ini. Karl Marx yang dilanjutkan oleh Marxisme telah mencoba untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. Namun komunisme sebagai ideologi yang berupaya menerapkan Marxisme terbukti gagal, sehingga cita-cita masyarakat tanpa kelas, di mana semua orang diposisikan secara sama tetap bersifat utopis.
2. Stratifikasi sosial bersifat akumulatif atau menimbun.
Kedudukan seseorang yang tinggi pada bidang tertentu memberikan jaminan pada bidang lain. Dapat dikatakan, mereka yang mendapatkan terbanyak dan sukses bersaing dalam suatu sistem sosial akan mendapatkan lebih banyak daripada yang tidak. Contoh, misalnya tingkat jabatan dalam sebuah perusahaan besar biasanya ditentukan oleh tingkat pendidikan. Selanjutnya jabatan itu menentukan kekuasaan dan juga pendapatan. Bahkan dalam masyarakat yang sudah sangat maju seperti Amerika Serikat, perolehan kekuasaan politik juga didasarkan pada harta dan pengaruh sosial.
3. Kompleksitas Stratifikasi Sosial ditentukan oleh tingkat kemajuan masyarakatnya.
Ada hubungan yang erat antar kemajuan masyarakat dengan stratifikasi sosil. Semakin maju suatu masyarakat semakin beragam jenis stratifikasi sosial masyarakat itu. Jenis stratifikasi yang ditemukan pada masyarakat tradisional hanya terbatas pada kewibawaan, senioritas dan kekuasaan. Sedangkan pada masyarakat modern, selain jenis stratifikasi yang ditemukan pada masyarakat tradisional, juga terdapat banyak jenis stratifikasi sosial lain, di antaranya tingkat pendidikan, pendapatan dan profesionalitas.
Kebanyakan sosiolog melihat stratifikasi sosial sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat. Stratifikasi adalah produk masyarakat dan mendapatkan perhatian dan analisis dari para sosiolog.
C. Teori Stratifikasi Sosial
Terkait dengan tema ini, ada tiga teori yang berusaha memberikan penjelasan atas Stratifikasi Sosial:
1. Teori Fungsional
Para pendukung Teori Fungsional berpendapat bahwa stratifikasi sosial ada karena fungsinya bagi masyarakat. Secara struktural, stratifikasi sosial memiliki fungsi penting bagi masyarakat, yaitu untuk menjaga dan memastikan kelangsungan sebuah masyarakat.
Wilbert Moore dan Kingsley Davis dalam “Tesis Davis-Moore” ( 1945 ), mengatakan bahwa peran yang memiliki fungsi terbesar dalam masyarakat biasanya dihargai tinggi. Itu merupakan bentuk penghargaan dan motivasi dari masyarakat dan untuk mesyarakat itu sendiri.
2. Teori Konflik
Berbeda dengan pandangan teori fungsional, teori konflik menganggap stratifikasi sosial tidak diciptakan untuk memenuhi kebutuhan dan fungsi masyarakat. Bagi teori konflik, stratifikasi sosial adalah produk dari konflik antar kelas sosial
Menurut Karl Marx ketidaksetaraan dalam masyarakat ada karena kepemilikan pribadi atas properti. Orang yang memiliki alat produksi; mereka mengeksploitasi pekerja untuk memaksimalkan keuntungan. Pekerja tidak memiliki sarana untuk mencari nafkah kecuali menjual tenaganya. Semua upaya yang diperlukan untuk produksi diinvestasikan oleh, para pekerja di pabrik-pabrik. Namun, mereka tidak mendapatkan bagian yang adil dari kekayaan yang diperoleh melalui produk tersebut. Pemilik pabrik memberikan upah minimum kepada pekerja untuk memaksimalkan keuntungan mereka.
Karena itu, teori konflik percaya bahwa, stratifikasi sosial tidak menguntungkan masyarakat tetapi hanya menguntungkan orang kaya. Teori konflik percaya bahwa, tidak hanya sumber kekuatan ekonomi yang digunakan untuk menekan yang lemah, tetapi juga sumber kekuatan non-ekonomi. Banyak orang di masyarakat dieksploitasi atas dasar gender dan ras. Sebagian besar organisasi membayar lebih sedikit kepada wanita dibandingkan dengan pria untuk pekerjaan yang sama.
3. Teori Interaksi Simbolik
Teori ini melihat masyarakat dari tingkat mikro. Teori Interaksi Simbolik menggunakan interaksi sosial untuk menjelaskan stratifikasi sosial. Teori ini mengataikan bahwa stratifikasi sosial terbentuk karena interaksi sosial. Kebanyakan orang berinteraksi dengan mereka yang memiliki kelas sosial yang sama dalam suatu masyarakat. Mereka bergaul satu sama lain di tingkatan sosialnya masing-masing dan membentuk kesatuan yang berbeda dengan tingkatan sosial lainnya.
D. Penyebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
Dalam pembicaraan tentang Diferensiasi Sosial, kita telah melihat bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama. Bahkan dalam konstitusi negara-negara demokrasi modern ditegaskan bahwa semua manusia adalah sama ( all men are created equal ). Akan tetapi, mengapa kita menemukan banyak ketidaksamaan dalam masyarakat?
Menurut Soerjono Soekanto, ketidaksamaan dalam masyarakat muncul karena adanya sesuatu yang dihargai lebih oleh masyarakat itu. Hal itu mendorong manusia untuk mendapatkannya. Orang yang berusaha dan mendapatkannya akan dihargai lebih tinggi dari pada orang lain. Ketika individu berkompetisi mendapatkan apa yang berharga itu, akan muncul konfigurasi tingkatan individu berdasarkan pencapaian mereka tersebut. Sehingga selama masih ada sesuatu yang dihargai lebih oleh masyarakat, stratifikasi akan tetap ada dalam masyarakat.
Sesuatu yang dihargai itu bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Mengapa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi atau keaslian keanggotaan suatu komunitas dipandang lebih berharga? Pandangan itu sebetulnya merupakan hasil refleksi atau akibat dari nilai dominan pada suatu masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki nilai dominan yang berbeda, maka konfigurasi stratifikasi sosial juga berbeda antar masyarakat. Contoh; karena nilai dominan masyarakat modern adalah pendidikan, maka semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula posisi sosialnya. Atau, karena nilai dominan masyarakat pedesaan adalah tradisi, maka posisi sosial seseorang ditentukan oleh latar belakang keluarganya ( apakah dari golongan bangsawan atau rakyat jelata).
Sedangkan Hucky ( 1982 ) mengatakan bahwa ada beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat, yaitu:
a. Perbedaan ras dan budaya.
Walaupun tidak memiliki kebenaran ilmiah, perbedaan ras dan budaya seringkali dijadikan alasan untuk membedakan dan menempatkan orang dalam masyarakat secara bertingkat. Ini biasanya ditemukan pada masyarakat dengan perbedaan ras dan budaya yang cukup tinggi. Perbedaan itu seringkali memunculkan kelompok ras dan budaya dominan di satu sisi dan kelompok ras dan budaya inferior di sisi lain. Jelas bahwa perbedaan tingkatan itu bukanlah bersifat kodrati – biologis tetapi karena konstruksi masyarakat. Ada upaya dari kelompok ras dominan – pemenang untuk melanggengkan keadaan yang menguntungkan mereka lewat rekayasa sosial yang dilakukan secara sistematis ataupun secara perlahan-lahan sehingga nyaris tidak disadari. Dalam sejarah, konstruksi sosial itu muncul dalam bentuk politik apartheid di Afrika Selatan atau pada sejarah Amerika Serikat sebelum tahun 1950-an.
b. Pembagian tugas yang terspesialisasi.
Setiap masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan bersama. Untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan itu, mereka memilih orang-orang berkualitas yang bertugas memimpin atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Karena tugas itu berat dan menentukan keberadaan masyarakat, pemimpin akan tampil sebagai orang yang lebih ditaati dan dihormati daripada anggota kelompok yang lain sehingga secara sosialpun akan ditempatkan lebih tinggi dari pada anggota masyarakat lain.
c. Kelangkaan:
Dalam pengertian sosio – ekonomi, kelangkaan mengacu pada hal-hal yang sangat dibutuhkan masyarakat sehingga mendorong anggota masyarakat untuk bersaing mendapatkannya. Mereka yang memenangkan persaingan akan semakin kuat dan secara akumulatif akan memperoleh lebih banyak keuntungan. Akibatnya secara sosial mereka juga akan menempati lapisan yang lebih tinggi dari pada kebanyakan orang.
E. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial
Secara garis besar, stratifikasi sosial terjadi melalui dua proses, yaitu:
a. Terjadi secara otomatis atau alamiah.
Nilai-nilai dominan dalam suatu masyarakat akan mendorong atau memotivasi anggotanya untuk mendapatkannya. Secara otomatis akan muncul stratitikasi yang terkait dengan nilai-nilai tersebut. Stratifikasi yang terjadi secara otomatis atau alamiah biasanya stratifikasi yang terkait dengan bidang-bidang kehidupan yang bersifat nonformal, misalnya, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalammasyarakat.
b. Terjadi secara sengaja.
Karena dihadapkan pada kebutuhan-kebutuhan khusus, suatu kelompok sosial akan memilih dan mengangkat orang-orang yang punya kemampuan. Ada pembagian tugas, kekuasaan dan wewenang yang resmi, formal dan bersifat periodik. Stratifikasi jenis ini dapat ditemukan dalam dunia pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan dagang, angkatan bersenjata dan sebagainya.
F. Kriteria Dasar Penentu Stratifikasi Sosial
Secara umum, stratifikasi sosial dalam masyarakat dibuat berdasarkan kriteria atau ukuran-ukuran di bawah ini:
a. Kekayaan atau ukuran ekonomi.
Ukuran ekonomi atau kekayaan terkait erat dengan harta benda dalam bentuk harta yang tidak bergerak seperti rumah dan tanah, barang bergerak seperti kendaraan, uang dan barang-barang berharga. Semakin banyak kekayaan seseorang semakin tinggi kelas sosialnya. Sebabaliknya, semakin sedikit kekayaan seseorang semakin rendah kelas sosialnya.
b. Kekuasaan.
Kekuasaan berkaitan dengan kemampuan mempengaruhi atau “memaksakan” kehendaknya pada orang lain. Semakin besar kemampuan mempengaruhi orang lain semakin tinggi kelas sosialnya. Sebaliknya, semakin kecil kemampuan mempengaruhi orang lain semakin rendah posisi sosial seseorang. Seseorang yang memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas, sebaliknya orang yang sedikit atau tidak mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah.
Pada masyarakat sederhana, kedudukan seseorang terkait dengan hal-hal yang bersifat nonformal dan alamiah, seperti latar belakang keluarga, usia dan jenis kelamin. Pengaruh latar belakang keluarga dapat ditemukan pada masyarakat yang bercorak feodalis ( dari kata feodum/feudum = pinjaman ). Secara sederhana feodal berarti cara hidup yang berpusatkan pada tanah pertanian. Tanah adalah milik raja yang dipinjamkan kepada golongan di bawah raja ( = raja vassal ). Selanjutnya oleh raja vassal tanah tersebut disewakan lagi kepada rakyat biasa. Rakyat sebagai penyewa tanah berkewajiban membayar pajak kepada raja vassal dan raja vassal berkewajiban membayar upeti kepada raja. Corak hubungan ini bersifat turun temurun sehingga menghasilkan konfigurasi hubungan tuan dan hamba yang relative permanen.
Sedangkan pada masyarakat yang sudah maju di mana muncul profesi-profesi lain yang tidak terkait langsung dengan tanah pertanian, kedudukan seseorang lebih terkait dengan wewenang yang bersifat formal, yaitu suatu kedudukan yang diperoleh lewat pemilihan dan pengangkatan yang bersifat resmi. Orang yang dipilih biasanya hanya berkuasa untuk jangka waktu tertentu. Hal ini dapat ditemukan dalam bidang politik, pemerintahan, militer ataupun dalam perusahaan-perusahaan.
c. Pendidikan dan keahlian.
Pendidikan berkaitan dengan ada tidaknya gelar kesarjanaan. Semakin tinggi atau semakin banyak gelar pendidikan semakin tinggi posisi sosial seseorang. Sebaliknya, semakin rendah atau semakin sedikit gelar pendidikan seseorang semakin rendah posisi sosial orang tersebut.
Pentingnya pendidikan di mata masyarakat ini dapat kita lihat dalam kenyataan begitu banyaknya orang tua berupaya menyekolahkan anak-anak mereka sampai jenjang yang tertinggi, begitu menjamurnya lembaga pendidikan mulai yang paling dasar hingga paling tinggi. Anggota masyarakat seringkali tidak terlalu peduli pada besaran biaya pendidikan dan pada pertimbangan apakah gelar tersebut mampu membawa pekerjaan atau profesi; yang penting anggota keluarga mereka mendapat gelar pendidikan tertentu.
Namun kemampuan atau ketrampilan tertentu tidak selalu berkorelasi dengan pendidikan formal. Ketrampilan lebih terkait dengan kebutuhan real masyarakat. Misalnya, ketika masyarakat membutuhkan makanan yang enak, maka orang yang memiliki ketrampilan mengolah makanan yang enak akan mendapatkan kesempatan itu.
Dewasa ini muncul banyak profesi yang menuntut ketrampilan khusus dan menjadi lahan yang menjanjikan posisi sosial yang tinggi bagi mereka yang punya kualifikasi. Misalnya, dunia sepak bola telah membuat orang seperti Wayne Rooney atau Cristiano Ronaldo menjadi orang yang sangat kaya secara financial dan terkenal secara sosial. Ataupun Bambang Pamungkas atau Andik Hermasyah bagi sebagian besar pencinta sepak bola dalam negeri.
G. Sifat Stratifikasi Sosial
Berdasarkan sifatnya, menurut Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan stratifikasi sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification):
Visualisasi Stratifikasi Tertutup |
Adalah stratifikasi sosial yang para anggota msayarakatnya tidak bisa berpindah posisi atau kelas sosial secara vertikal.
Stratifikasi jenis ini dapat ditemukan pada masyarakat yang masih dikuasai oleh feodalisme, rasialisme dan sistem kasta. Misalnya, orang dari kasta Sudra tidak bisa berpindak posisi naik ke kasta Brahmana, atau rakyat biasa tidak bisa berpindak posisi menjadi bangsawan.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification):
Visualisasi Stratifikasi Sosial Terbuka |
Stratifikasi terbuka adalah stratifikasi sosial yang para anggota masyarakatnya bisa berpindah posisi atau kelas sosial secara vertikal. Individu dari kelas bawah bisa berpindah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Bisa juga individu dari kelas sosial yang lebih tinggi berpindah posisi ke kelas sosial yang lebih rendah.
Dalam stratifikasi terbuka, kedudukan sosial seseorang tidak ditentukan oleh latar belakang keluarganya tetapi oleh ketrampilan atau pendidikan. Bila orang tuanya kelas atas, tidak otomatis anaknya akan tetap berada di kelas atas.
Demikian juga, bila orang tuanya kelas bawah, anaknya tidak harus tetap berada di kelas bawah. Individu bisa menempati posisi atau kelas sosial yang berbeda dengan orang tuanya.
Stratifikasi jenis ini dapat ditemukan pada masyarakat yang egaliter, yang memberikan kesempatan sama luasnya pada siapa saja. Faktor penentu utama kedudukan atau posisi sosial seseorang lebih ditentukan oleh usaha, niat dan daya juang dan tidak jarang factor keberuntungan.
c. Stratifikasi Sosial Campuran:
Visualisasi Stratifikasi Campuran |
Adalah stratifikasi sosial di mana Individu diberi kesempatan berpindah kelas tapi latar belakang keluarga juga turut menentukan. Dalam stratifikasi sosial campuran ini, kedudukan sosial seseorang ditentukan oleh ketrampilan atau pendidikan, di satu sisi dan di sisi lain, masyarakat masih melihat latar belakang keluarga individu yang bersangkutan.
Stratifikasi jenis ini dapat ditemukan pada masyarakat feodal atau masyarakat berkasta yang sudah maju. Di Inggris misalnya, ada pemberian gelar kebangsawanan ( Sir ) bagi orang dari kalangan rakyat biasa yang dianggap berjasa bagi Negara dan masyarakat secara umum. Ketika mengantarkan klub sepak bola Mancester United meraih trible winner tahun 1999, Alex Ferguson diberi gelar kehormatan Sir oleh kerajaan Inggris. “Orang Kaya Baru – OKB” merupakan salah satu ungkapan yang ditemukan pada masyarakat dengan stratifikasi campuran.
H. Fungsi Stratifikasi Sosial
Secara sepintas kelihatan bahwa stratifikasi sosial sebagai ketidaksetaraan yang dilembagakan bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi modern yang menegaskan bahwa semua manusia adalah sama ( all men are created equal ). Namun di sisi lain harus ditegaskan pula bahwa ketidaksetaraan itu mendapatkan pengakuan masyarakat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri.
Adanya kesatuan atau integritas antara stratifikasi dengan masyarakat memperlihatkan bahwa stratifikasi sosial berguna bagi sebuah masyarakat. Stratikasi sosial memberikan jaminan bagi keberlangsungan masyarakat itu. Kegunaan itu di antaranya:
a. Stratifikasi sosial berfungsi memberikan legitimasi bagi peran-peran sosial yang berguna bagi masyarakat. Ini terjadi karena masyarakat membutuhkan individu-individu yang bertindak mengatur atau melayani berbagai kebutuhannya. Pemberian legitimasi itu mengakibatkan munculnya wewenang atau otoritas yang berbeda serta distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti prioritas, keselamatan, penghasilan dan tingkat kekayaan.
b. Stratifikasi sosial berfungsi menciptakan sistem tingkatan atau pertanggaan sosial yang terkait dengan prestise dan penghargaan. Selanjutnya tangga sosial itu akan memotivasi kemajuan individu dan perubahan sosial.
c. Stratifikasi sosial memiliki fungsi penting dalam proses interaksi sosial, terkait dengan cara dan pola interaksi sosial. Siapa bergaul dengan siapa dan bagaimana cara bergaul ( berinteraksi ) dengan orang lain dilihat dari tingkatan sosialnya.