Caci, Tarian Penuh Nilai Asal Manggarai - Flores
Caci, tarian lelaki Manggarai. Yang satu memainkan seni penyerangan dan yang lainnya memainkan seni pertahanan dalam filosofi "Lomes" |
Caci, Adegan Perkelahian dalam Seni Tarian
Orang Amerika punya smackdown yang dipromosikan pertama kali sekitar tahun 1990-an. Beberapa suku di Indonesia bahkan memiliki budaya seni perkelahian yang dipertontonkan untuk publik. Salah satu suku yang memiliki budaya seni "perkelahian" adalah suku Manggarai, Flores Barat. Tarian ini memiliki makna yang mendalam. Untuk itu, tempatguru menuliskan Caci, Tarian Penuh Nilai Asal Manggarai-Flores ini untuk Anda.
Diiringi dere,nyanyian tradisional serta tabuhan gong dan gendang dari para pendukung, seorang lelaki perkasa dengan gerakan bagai seekor kuda jantan berusaha memukul lawannya yang bertahan dengan perhatian penuh pada gerakan pria yang mau menyerangnya.
Itulah gambaran umum tarian Caci yang senantiasa dimainkan para lelaki Manggarai saat berlangsungnya pesta-pesta penting.
Caci adalah kombinasi antara tarian ( lomes ), nyanyian ( pantun ) serta seni menggunakan alat penyerang dan seni menghindari diri dari serangan lawan.
Secara sederhana dan populer orang kebanyakan menyebut produk budaya ini sebagai tarian ketangkasan dalam menyerang lawan dan mempertahankan diri dari serangan lawan.
Tarian ini bisa saja menimbulkan rasa takut dan terkesan “kejam” bagi orang yang baru pertama kali menontonnya. Jelas tarian ini merupakan tarian aduan khusus para lelaki Manggarai yang sudah dewasa dan dimainkan secara publik.
Alat Kelengkapan Tarian Cari
Celana putih dibalut songke dan kain warna-warni merupakan kostum wajib penari Caci |
Penari caci biasanya mengenakan celana panjang putih yang dibalut dengan kain tradisional songke sebatas lutut. Sebagai ikat pinggang dikenakan sapu tangan warna warni dan dipasang seuntai gandulan di bokong. Di pinggang bagian belakang ( antara lilitan songke dan celana dipasang sebuah tongkat aksesoris lain lalong denki, yaitu hiasan yang dilapisi bulu ekor kuda.
Sedangkan badan dan tangan dibiarkan telanjang. Di kepala dikenakan panggal, yaitu sejenis topeng khas berbentuk kepala dan tanduk kerbau yang dihiasi kain warna-warna. Panggal yang terbuat dari kulit kerbau yang sudah kering ini dikenakan di kening setelah sebagian besar muka dililit dengan kain panjang.
Panggal, aksesoris berbentuk wajah dan tanduk kerbau untuk melindungi wajah penari Caci |
Selain alat kelengkapan itu, penari caci juga dilengkapi dengan alat lain yang dipegang baik untuk menyerang lawan atau pun menangkis serangan. Paki atau orang yang mendapat giliran untuk menyerang memperlengkapi diri dengan larik, sebuah alat cemeti. Cemeti khas Caci ini terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi yang sudah dikeringkan. Ujung cemeti dipasang lempa, yaitu kulit kerbau tipis, tajam dan keras karena sudah dikeringkan. Dapat juga menggunakan pori, yaitu lidi pohon enau yang masih hijau. Bila terkenal pada tubuh, pori bisa menancap pada daging tubuh yang merupakan sasaran cambukan larik.
Nggiling-perisai dari kulit kerbau dan agang, alat penangkis serangan Caci |
Sedangkan ta’ang atau orang yang mendapat giliran untuk bertahan atau diserang memperlengkapi diri dengan nggiling, sebuah perisai berbentuk bundar yang juga terbuat dari kulit kerbau yang dilengkapi gagang dalam sebagai pemegang di tangan yang satu. Sementara itu di tangan yang lain, ta’ang memegang agang atau tereng, yaitu alat penangkis yang terbuat dari bambu kecil dan rotan yang berjalin dan dibentuk melengkung setengah busur.
Pementasan Tarian Caci
Tandak - tarian dan nyanyian pembuka Tarian Caci untuk meningkatkan adrenalin Penari Caci |
Sebelum tarian Caci dimulai, dipentaskan satu tarian pembuka, yaitu tari danding atau tandak. Tarian yang dibawakan oleh para lelaki dan perempuan ini dimaksudkan sebagai “ajang pemanasan” sebelum tarian caci dipentaskan. Namun ajang pemanasan ini bukan hanya bagi para penari Caci tetapi semua yang terlibat dalam acara itu.
Tarian yang memadukan antara gerak dan lirik ini bertujuan untuk meningkatkan adrenalin para petarung Caci dan euforia penonton, pendukung masing-masing kelompok. Untuk menambah semarak, moke atau minuman dengan kadar alkohol tinggi yang menjadi kekhasan bagi semua suku Flores termasuk Manggarai juga dihidangkan.
Untaian giring-giring di bokong penari caci untuk meningkatkan kemeriahan dan memancing emosi lawan |
Sementara kumpulan besar menyanyi dan menari, para penari Caci melakukan pemanasan di tempat yang akan dijadikan tempat pementasan tari Caci dengan melakukan gerakan-gerakan serupa gerakan kuda jantan yang gagah dan perkasa.
Para penari Caci menunggu giliran untuk tampil di depan publik memperlihatkan ketrampilan dan menghibaur penonton lewat gerakan lomesnya masing-masing |
Walaupun tarian caci adalah tari ketangkasan menyerang dan menangkis yang dilakukan satu lawan satu, namun sebetulnya tarian ini adalah tarian kelompok yang dipentaskan secara berurutan dari orang pertama hingga orang terakhir.
Kelompok pertama adalah ata one, yaitu tuan rumah sedangkan kelompok lain adalah ata pe’ang, yaitu kelompok dari kampung lain sebagai meka landang atau tamu penantang. Pembedaan ini dibuat untuk memperkuat perasaan in-group dan lawan dilihat sebagai out-group, yaitu “mereka” yang harus dikalahkan.
Value dari Caci, Perasaan in-group akan meningkatkan solidaritas dalam kelompok sendiri |
Perasaan in-group dan out-group itu semakin mengemuka ketika caci dipentaskan. Namun perasaan ini diciptakan sebatas “kompetisi” Caci itu sendiri. Sambil terus menghidupkan suasana dengan iringan dere atau nyanyian serta tabuhan gong dan gendang, satu orang dari masing-masing kelompok menuju arena tarian untuk beradu strategi dan kekuatan demi nama baik kelompok dan pribadi. Mereka akan menari sebagai pihak yang menyerang dan yang bertahan lalu kemudian berganti posisi; yang tadinya menyerang sekarang bertahan dan yang tadinya bertahan sekarang bertindak sebagai penyerang.
Lomes, gerakan enerjik penuh entertain sangat penting dalam Caci karena mampu menghibur penonton |
Lomes atau kelincahan gerakan adalah seni mempertontonkan kehebatan dan keluwesan gerak tubuh dalam memperdaya pihak yang diserang atau mengelabui pihak yang menyerang. Lewat lomes ini, pihak penyerang berusaha menyerang dan mencambuk lawannya di bagian lengan, punggung dan belakang, serta perut dan dada.
Sementara pihak yang diserang akan mengambil posisi bertahan dengan mengarahkan perhatian penuh pada gerakan pria yang mau menyerangnya. Dia harus menangkis atau menghindari serangan dari pihak penyerang dengan perisai dan busur yang ia pegang di masing-masing tangan dengan gerakan yang lomes pula.
Mata, simbol kehormatan dalam Caci tidak boleh terkena larik. |
Apabila kurang lincah mengelak, dipastikan cemeti penyerang akan melukai tubuh hingga berdarah. Bila pihak yang bertahan terkena cambuk pada matanya maka ia dinyatakan beke atau kalah. Pasangan itu harus keluar dari arena dan digantikan oleh pasangan penari lainnya.
Nilai-Nilai Filosofis di Balik Tarian Caci
Luka akibat sabetan lempa bukan simbol masochisme a la dunia modern |
Orang luar Manggarai mungkin akan menilai tarian Caci ini sebagai tarian yang sadis, masochis dan kejam. Tetapi bagi orang Manggarai tarian ini penuh dengan nilai-nilai luhur.
Caci sendiri berasal dari dua kata yaitu 'ca', artinya satu dan 'ci', artinya uji. Jadi tarian Cacai adalah tarian melatih dan menguji ketangkasan satu lawan satu. Pada zaman sebelum Gereja Katolik masuk tanah Manggarai, sering terjadi perang antar sub suku atau antar kampung. Motif peperangan bisa macam-macam; mulai dari perebutan wilayah, masalah adat atau harga diri suku yang dilecehkan. Itulah sebabnya compang atau kampung orang Manggarai selalu dibangun di atas bukit.
Ekspresi kebanggaan pemain yang luka menunjukkan seribu nilai di balik tarian Caci |
Dalam konteks peperangan ini, tarian Caci adalah media pelatihan ketangkasan berperang dan pelatihan mental untuk tidak gentar terhadap lawan. Bila terjadi perang antar suku, nyali sudah teruji dan siap berperang tanpa rasa takut pada suku lain. Itulah sebabnya, dewasa ini ketika perang antar kampung tidak laku lagi, luka akibat sabetan lempa pada larikdan bekas yang ditimbulkannya meninggalkan rasa bangga. Mereka bangga karena proses inisiasi sebagai lelaki dewasa Manggarai telah mereka lewati.
Caci adalah ujian kelompok mana yang benar dan mana yang salah |
Namun, bisa saja sebuah masalah diselesaikan secara secara gentle. Artinya, muncul kesepakatan bersama untuk tidak ada perang. Tetapi masalah itu harus diselesaikan di arena Caci. Itulah sebabnya sebelum tarian caci, dimadahkan nyanyian kelong untuk memanggil arwah leluhur. Pada arena Caci inilah, mereka percaya – berkat kehadiran arwah nenek moyang, akan terbukti suatu kebenaran secara sah; siapa yang salah dan siapa yang benar. Dewasa ini, sifat gentle inilah yang membuat mereka yang menang tidak merasa sombong dan yang kalah tidak merasa malu.
Kerbau, binatang pekerja keras dan sahabat manusia |
Konon, tarian Caci ini berasal dari kisah dua kakak beradik dan kerbau peliharaan mereka. Ketika melewati padang rumput yang maha luas, si adik terperosok ke dalam sebuah lubang yang dalam. Sang kakak berusaha dengan segala cara membantu adiknya namun semuanya sia-sia. Sang kakak berkesimpulan adiknya hanya mungkin diselamatkan bila ada tali. Namun saat itu tidak ada tali padanya. Sang kakak berpaling pada kerbau kesayangan mereka yang hanya berdiri diam seolah turut berempati pada kesedihan sang kakak. Untuk keselamatan adiknya, sang kakak akhirnya mengorbankan kerbau kesayangan mereka. Kerbau itu dibunuh dengan kegalauan yang dalam agar kulitnya dijadikan tali. Dengan tali dari kulit kerbau kesayangan itulah akhirnya sang adik bisa diselamatkan. Konon, untuk mengenang peristiwa sacrifice itu, diciptakanlah tarian caci. Bukan tanpa maksud bila sebagian besar perlengkapan Caci berasal dari kulit kerbau yang dikeringkan.
Kisah pengorbanan ini mengajarkan orang Manggarai bahwa dalam situasi dilematis, dibutuhkan sebuah pengorbanan. Namun pengorbanan itu akan mendatangkan kebaikan. Pengorbanan itu harus selalu dikenang untuk menumbuhkan sikap altruisme. Untuk mencapai apa yang dicintai mesti ada pengorbanan.
Gerakan lomes seperti kuda jantan berjingkrak dan sikap sigap memperhatikan gerakan penyerang serta topeng kulit kerbau bukan pula tanpa maksud. Semuanya itu mempersentasikan suatu harapan. Sebagai lelaki, orang Manggarai harus gagah seperti kuda pacuan dalam memperjuangkan sesauatu serta kuat dan ulet seperti kerbau dalam mempertahankan suatu kebaikan.
Musim Pementasan Tarian Caci
Caci adalah tarian populer di seluruh daerah Manggarai. Hampir semua lelaki Manggarai ingin melakoni tarian ini paling tidak satu kali dalam hidupnya
Caci, salah satu aset berharga pariwisata Flores, Manggarai khususnya |
Bila Anda ke Manggarai jangan lupa menyaksikan tarian ini. Tarian Caci dimainkan hampir di seluruh kampung di Manggarai. Tarian ini biasanya dipentaskan pada pesta Hang Woja ( musim panen ) atau Penti ( pesta Tahun Baru Manggarai ) setiap tahun sekitar bulan Juli – Oktober.
Anda bisa menanyakan pada local guide entah di Labuan Bajo atau di Ruteng. Mereka pasti akan menunjukkan kepada Anda dengan senang hati. Akhirnya selamat menikmati.
Pak Guru Felix - dari berbagai sumber